Sebuah studi menemukan fakta bahwa madu berguna melawan efek penuaan, termasuk penurunan daya ingat dan kecemasan.
Penelitian yang diungkapkan oleh Lynne Chepulis dan Nicola Starkey dari Univesitas Waikato, di Hamilton, Selandia Baru, menemukan fakta bahwa pada tikus yang makanannya mengandung madu memiliki memori spasial lebih baik dan kurang cemas.
Kedua peneliti itu memberikan makanan mengandung 10% madu, 8% sukrosa, atau tidak mengandung gula selama 12 bulan.
Tikus-tikus tersebut baru berusia dua bulan pada awal studi, dan diperiksa setiap tiga bulan dengan menggunakan tes yang dirancang untuk mengukur kecemasan dan memori spasial.
Hasilnya menunjukkan bahwa tikus yang diberi makan madu menghabiskan waktu sebanyak hampir dua kali di bagian terbuka dari maze. Menurut peneliti, hal ini menunjukkan bahwa mereka kurang cemas.
Mereka juga lebih suka menghabiskan waktu di bagian baru maze berbentuk Y yang menunjukkan mereka mengetahui dari mana mereka sebelumnya, dan memiliki memori spasial yang lebih baik.
“Makanan yang diberi madu dapat bermanfaat dalam menurunkan kecemasan dan memperbaiki daya ingat selama penuaan,” kata Starkey seperti dikutip inilah.com.
Para peneliti mengemukaan bahwa madu dapat meningkatkan daya ingat disebabkan aksi antioksidan yang dapat membantu mencegah proses perusakan sel oleh radikal bebas di dalam tubuh.
Sementara itu dalam sejarah farmakologi, manfaat atau khasiat dari madu memang sudah diketahui sejak lama. Sebelum tahun Masehi, madu sangat popular sebagai jenis minuman menyegarkan dan menyehatkan.
Pada masa ini madu sudah banyak dimanfaatkan manusia sebagai minuman kesehatan, pengobatan berbagai penyakit, pengawetan mayat.
Madu juga dianggap dapat memperpanjang umur manusia karena kalau dikonsumsi dalam kadar tertentu secara rutin menghasilkan kesehatan yang baik dan tetap awet muda.
Ibnu Sina (890-1037), bapak kedokteran dunia dan pemikir muslim terkemuka merupakan tokoh kedokteran yang mengulas banyak mengenai khasiat madu dari segi kesehatan dan dunia kedokteran.
Selama hidupnya, menurut kutipan dari webMd, Ibnu Sina banyak mengkonsumsi madu sehingga awet muda dan berumur panjang.
Madu, menurut Ibnu Sina, dapat menyembuhkan berbagai penyakit dari yang ringan sampai yang berat, seperti tekanan darah tinggi dan jantung. Madu juga dapat menurunkan suhu badan serta mengatur sekresi, sehingga dapat menghilangkan penyakit demam.
Penelitian terakhir yang dikeluarkan dari Universitas Moskow, menyatakan jika madu ternyata juga mengandung logam alumunium, boron, krom, tembaga, timbal, titanium, seng, asam organik, asetilkolin, hormon, antibiotik, zat antiracun serta zat antikanker.
Zat-zat ini sangat penting untuk memperlancar proses biokimia tubuh dan proses penyembuhan aneka penyakit. Sementara kandungan enzim dalam madu dilaporkan paling tinggi jika dibandingkan dengan mahanan lainnya.
Penelitian ini juga menyebutkan madu diyakini dapat menyembuhkan tukak lambung (maag), radang usus, serta kesulitan buang air besar (sembelit). Jadi sangat baik memang untuk mengkonsumsi madu dalam keseharian kita.
http://hbis.wordpress.com/2009/07/16/khasiat-madu-untuk-melawan-efek-penuaan-dan-penurunan-daya-ingat-serta-kecemasan/
Senin, 26 Juli 2010
Minggu, 18 Juli 2010
TIPS
TiPs :
Cara Menggosok Gigi yang Baik
1. Oleskan pasta gigi secukupnya (sebesar biji jagung) pada ujung sikat gigi yang sudah dibersihkan.
2. Posisikan sikat gigi dengan kemiringan 45°pada batas gigi dan gusi hingga ujung sikat menyentuh pangkal gusi dalam keadaan gigi atas dan bawah tidak bersentuhan.
3. Putar ujung sikat gigi dengan arah sapuan dari gusi ke gigi.
4. Sikat gigi menyusuri seluruh gigi searah putaran jarum jam sehingga seluruh gigi tersikat dengan baik.
5. Sikat bagian dalam gigi atas dan bawah dengan menggunakan ujung kepala sikat gigi. Bulu sikat gigi terletak pada batas gusi, gerakkan sikat ke ujung mahkota gigi (dari gusi ke gigi).
6. Gunakan gerakan menyapu yang lembut dari belakang ke depan untuk menyikat lidah dan permukaan dalam pipi masing-masing selama + 30
7. Kumur dengan air atau obat kumur
Cara Menggosok Gigi yang Baik
1. Oleskan pasta gigi secukupnya (sebesar biji jagung) pada ujung sikat gigi yang sudah dibersihkan.
2. Posisikan sikat gigi dengan kemiringan 45°pada batas gigi dan gusi hingga ujung sikat menyentuh pangkal gusi dalam keadaan gigi atas dan bawah tidak bersentuhan.
3. Putar ujung sikat gigi dengan arah sapuan dari gusi ke gigi.
4. Sikat gigi menyusuri seluruh gigi searah putaran jarum jam sehingga seluruh gigi tersikat dengan baik.
5. Sikat bagian dalam gigi atas dan bawah dengan menggunakan ujung kepala sikat gigi. Bulu sikat gigi terletak pada batas gusi, gerakkan sikat ke ujung mahkota gigi (dari gusi ke gigi).
6. Gunakan gerakan menyapu yang lembut dari belakang ke depan untuk menyikat lidah dan permukaan dalam pipi masing-masing selama + 30
7. Kumur dengan air atau obat kumur
Minggu, 11 Juli 2010
kasus infeksi odontogen
Kasus
Pasien laki-laki, 35 tahun, dengan keluhan utama terdapat pembengkakan di bawah dagu yang terasa hangat dan keras,susah makan terutama makanan padat, tetapi masih dapat minum. Sembilan hari sebelumnya penderita mengeluh sakit pada gigi geraham kiri bawah, lalu berobat diPuskesmas namun tidak ada perubahan. Pasien merasa ada cairan nanah yang merembes keluar melalui akar giginya yang rusak. Dua hari sebelum masuk RS penderita tidak dapat membuka mulut dan disertai suhu badan yang agak tinggi, sakit kepala namun sesak belum ada.
Pemeriksaan Fisis:
Keadaan umum: sedikit lemah/gizi cukup/ sadar. Tanda vital: tekanan darah (TD):120/80 mm Hg, nadi (N): 100x/mnt, suhu (S): 38,5oC, pernapasan (P): 28x/mnt. Terlihat trismus ± 2 cm, hipersalivasi. Melalui celah di antara gigi tampak sisa gangren radiks pada M3 kiri bawah. Sesak belum dirasakan oleh penderita.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
Hb:13g/dL, lekosit: 20x103/mm3, eritrosit: 4.48x106/mm3,trombosit: 247x103/mm3, GDS: 229 mg/dL, ureum: 90.7 u/L, kreatinin: 1,47 u/L, SGOT: 78.3 u/L, SGPT: 52.7 u/L.
Radiologi:
Foto panoramic : karies profunda perforasi gigi M3 bawah kiri disertai Absea periapikal.
Diagnosis: angina Ludwig
Tetapi harus ada pemeriksaan yang lain : yaitu Inspeksi: apabila hasil fluktuasi di bawah leher, batas tidak jelas, saat dipalpasi kesan seperti papan, teraba panas, tetapi tidak nyeri. Apabila hasil fluktuasinya ada kasus ini dapat didiagnosa sebagai Ludwig angina.
Penatalaksanaan :
Setelah diagnosis angina Ludwig ditegakkan, maka penanganan yang utama adalah menjamin jalan nafas yang stabil melalui trakeostomi yang dilakukan dengan anestesialokal. Trakeostomi dilakukan tanpa harus menunggu terjadinya dispnea atau sianosis karena tanda-tandaobstruksi jalan nafas yang sudah lanjut. Jika terjadi sumbatan jalan nafas maka pasien dalam keadaan gawatdarurat.kemudian diberikan antibiotik dosis tinggi danberspektrum luas secara intravena untuk organisme grampositifdan gram-negatif serta kuman aerob dan anaerob.Antibiotik yang diberikan sesuai dengan hasil kultur danhasil sensitifitas pus. Antibiotik yang digunakan adalah PenicilinG dosis tinggi, kadang-kadang dapat dikombinasikandengan obat antistaphylococcus atau metronidazole. Jika pasienalergi pinicillin, maka clindamycin hydrochloride adalahpilihan yang terbaik. Dexamethasone yang disuntikkan secaraintravena, diberikan dalam 48 jam untuk mengurangi edemdan perlindungan jalan nafas. Selain itu dilakukan eksplorasi yang dilakukan untuk tujuan dekompresi (mengurangi ketegangan) dan evaluasipus, pada angina Ludwig jarang terdapat pus atau jaringannekrosis. Eksplorasi lebih dalam dapat dilakukan memakaicunam tumpul. Jika terbentuk nanah dilakukan insisi dandrainase. Insisi dilakukan di garis tengah secara horizontalsetinggi os. hyoid (3–4 jari di bawah mandibula). Insisidilakukan di bawah dan paralel dengan korpus mandibulamelalui fasia dalam sampai ke kedalaman kelenjarsubmaksilar. Insisi vertikal tambahan dapat dibuat di atasos. hyoid sampai batas bawah dagu.Setelah dilakukan perawatan ini dilakukan konsul ekstraksi sisa akar gigi M3 kiri bawah, jika trismus berkurang. Perlu juga dilakukan pengobatan terhadap infeksi gigi untuk mencegah kekambuhan.Pasien juga memerlukan konsul Penyakit Dalam karena mungkin terdapat gangguan fungsi ginjal disebabkan oleh intake cairan tidak adekuat. rehidrasi (keseimbangan cairan), kontrol ulang ureum dan kreatinin beberapa hari kemudian, memeriksa GDP, TTGO. Apabila keadaan pasien telah membaik dengan Trismus ± 3 cm, odinofagi (±), disfagia mulai berkurang, pus sisa sedikit pada drain maka dapat dilakukan ekstraksi gigi M3 tersebut dan Pasien dirawat inap sampai infeksi reda.
Hubungan Antara Infeksi Odontogen Dengan Kenaikan Kadar SGOT Dan SGPT
Pada kasus diatas terdapat pembengkakan didagu penderita yang merupakan suatu keradangan yang disebabkan oleh gigi. Jaringan atau struktur yang berada disekitar gigi merupakan suatu potential space yang bisa merupakan tempat bagi bersarangnya produk-produk dari keradangan pada saat infeksi odontogenik. Sehingga hal ini mengakibatkan adanya akumulasi metabolit – metabolit dalam tubuh yang menyebabkan timbulnya oxidative stress di sekitar jaringan terinfeksi. Timbulnya oxidative stress ini yang akhirnya akan menimbulkan kerusakan sel yang diikuti dengan peningkatan kadar SGPT dan SGOT. produk SGPT dan SGOT tidak 100% dihasilkan oleh liver. Sebagian kecil juga diproduksi oleh sel otot, jantung, pankreas, dan ginjal. Oleh karena itu, jika sel-sel otot mengalami kerusakan, kadar kedua enzim ini pun meningkat. Dikasus ini juga dapat dilihat bahwa otot pada jaringan yang mengalami pembengkakan itu mengalami kerusakan hal ini juga dapat menjadi salah satu factor meningkatnya SGOT-SGPT.
Untuk lebih lengkapnya silahkan dibaca dan dicari sumber-sumbernya dengan mencari buku-buku dibawah ini :
1. Atessahin A, S Yilmaz, I Karahan, I Pirincci, B Tasdemir. 2005. The Effects of Vitamin E and Selenium on Cypermethrin Induced Oxidative Stress in Rats. Turkey Journal Veteriner Animal Science Vol.29 : 385-391.
2. Jawi IM, DN Suprapta, IWP Sutirtayasa. 2007. Efek Antioksidan Ekstrak Umbi Jalar Ungu Terhadap Hati Setelah Aktivitas Fisik Maksimal Dengan Melihat Kadar ALT dan AST Pada Darah Mencit. Dexa Media No. 3 Vol.20 (103-106).
3. Meyes PA, DK Granner, VW Rodwell & DW Martin. 1991 . Biokimia. Alih Bahasa Iyan Darmawan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Sadikin M. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta : Penerbit Widya Medika Jakarta.
5. Wibowo AW, L Maslachah & R. Bijanti. 2008. Pengaruh Pemberian Perasan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap Kadar SGOT dan SGPT Tikus Putih(Rattus norvegicus) Diet Tinggi Lemak .Jurnal Veterineria Medika Universitas Airlangga Vol. 1: 1- 5.
6. Mansjoer A, et al. Angina ludwig. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi3. Jakarta:Media Aesculapius; 2000.p.124-5
7. Bailey BJ. Odontogenic infection. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 2nd ed. Philadelphia:Lippincott-Raven; 1998.p.673-5
Pasien laki-laki, 35 tahun, dengan keluhan utama terdapat pembengkakan di bawah dagu yang terasa hangat dan keras,susah makan terutama makanan padat, tetapi masih dapat minum. Sembilan hari sebelumnya penderita mengeluh sakit pada gigi geraham kiri bawah, lalu berobat diPuskesmas namun tidak ada perubahan. Pasien merasa ada cairan nanah yang merembes keluar melalui akar giginya yang rusak. Dua hari sebelum masuk RS penderita tidak dapat membuka mulut dan disertai suhu badan yang agak tinggi, sakit kepala namun sesak belum ada.
Pemeriksaan Fisis:
Keadaan umum: sedikit lemah/gizi cukup/ sadar. Tanda vital: tekanan darah (TD):120/80 mm Hg, nadi (N): 100x/mnt, suhu (S): 38,5oC, pernapasan (P): 28x/mnt. Terlihat trismus ± 2 cm, hipersalivasi. Melalui celah di antara gigi tampak sisa gangren radiks pada M3 kiri bawah. Sesak belum dirasakan oleh penderita.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
Hb:13g/dL, lekosit: 20x103/mm3, eritrosit: 4.48x106/mm3,trombosit: 247x103/mm3, GDS: 229 mg/dL, ureum: 90.7 u/L, kreatinin: 1,47 u/L, SGOT: 78.3 u/L, SGPT: 52.7 u/L.
Radiologi:
Foto panoramic : karies profunda perforasi gigi M3 bawah kiri disertai Absea periapikal.
Diagnosis: angina Ludwig
Tetapi harus ada pemeriksaan yang lain : yaitu Inspeksi: apabila hasil fluktuasi di bawah leher, batas tidak jelas, saat dipalpasi kesan seperti papan, teraba panas, tetapi tidak nyeri. Apabila hasil fluktuasinya ada kasus ini dapat didiagnosa sebagai Ludwig angina.
Penatalaksanaan :
Setelah diagnosis angina Ludwig ditegakkan, maka penanganan yang utama adalah menjamin jalan nafas yang stabil melalui trakeostomi yang dilakukan dengan anestesialokal. Trakeostomi dilakukan tanpa harus menunggu terjadinya dispnea atau sianosis karena tanda-tandaobstruksi jalan nafas yang sudah lanjut. Jika terjadi sumbatan jalan nafas maka pasien dalam keadaan gawatdarurat.kemudian diberikan antibiotik dosis tinggi danberspektrum luas secara intravena untuk organisme grampositifdan gram-negatif serta kuman aerob dan anaerob.Antibiotik yang diberikan sesuai dengan hasil kultur danhasil sensitifitas pus. Antibiotik yang digunakan adalah PenicilinG dosis tinggi, kadang-kadang dapat dikombinasikandengan obat antistaphylococcus atau metronidazole. Jika pasienalergi pinicillin, maka clindamycin hydrochloride adalahpilihan yang terbaik. Dexamethasone yang disuntikkan secaraintravena, diberikan dalam 48 jam untuk mengurangi edemdan perlindungan jalan nafas. Selain itu dilakukan eksplorasi yang dilakukan untuk tujuan dekompresi (mengurangi ketegangan) dan evaluasipus, pada angina Ludwig jarang terdapat pus atau jaringannekrosis. Eksplorasi lebih dalam dapat dilakukan memakaicunam tumpul. Jika terbentuk nanah dilakukan insisi dandrainase. Insisi dilakukan di garis tengah secara horizontalsetinggi os. hyoid (3–4 jari di bawah mandibula). Insisidilakukan di bawah dan paralel dengan korpus mandibulamelalui fasia dalam sampai ke kedalaman kelenjarsubmaksilar. Insisi vertikal tambahan dapat dibuat di atasos. hyoid sampai batas bawah dagu.Setelah dilakukan perawatan ini dilakukan konsul ekstraksi sisa akar gigi M3 kiri bawah, jika trismus berkurang. Perlu juga dilakukan pengobatan terhadap infeksi gigi untuk mencegah kekambuhan.Pasien juga memerlukan konsul Penyakit Dalam karena mungkin terdapat gangguan fungsi ginjal disebabkan oleh intake cairan tidak adekuat. rehidrasi (keseimbangan cairan), kontrol ulang ureum dan kreatinin beberapa hari kemudian, memeriksa GDP, TTGO. Apabila keadaan pasien telah membaik dengan Trismus ± 3 cm, odinofagi (±), disfagia mulai berkurang, pus sisa sedikit pada drain maka dapat dilakukan ekstraksi gigi M3 tersebut dan Pasien dirawat inap sampai infeksi reda.
Hubungan Antara Infeksi Odontogen Dengan Kenaikan Kadar SGOT Dan SGPT
Pada kasus diatas terdapat pembengkakan didagu penderita yang merupakan suatu keradangan yang disebabkan oleh gigi. Jaringan atau struktur yang berada disekitar gigi merupakan suatu potential space yang bisa merupakan tempat bagi bersarangnya produk-produk dari keradangan pada saat infeksi odontogenik. Sehingga hal ini mengakibatkan adanya akumulasi metabolit – metabolit dalam tubuh yang menyebabkan timbulnya oxidative stress di sekitar jaringan terinfeksi. Timbulnya oxidative stress ini yang akhirnya akan menimbulkan kerusakan sel yang diikuti dengan peningkatan kadar SGPT dan SGOT. produk SGPT dan SGOT tidak 100% dihasilkan oleh liver. Sebagian kecil juga diproduksi oleh sel otot, jantung, pankreas, dan ginjal. Oleh karena itu, jika sel-sel otot mengalami kerusakan, kadar kedua enzim ini pun meningkat. Dikasus ini juga dapat dilihat bahwa otot pada jaringan yang mengalami pembengkakan itu mengalami kerusakan hal ini juga dapat menjadi salah satu factor meningkatnya SGOT-SGPT.
Untuk lebih lengkapnya silahkan dibaca dan dicari sumber-sumbernya dengan mencari buku-buku dibawah ini :
1. Atessahin A, S Yilmaz, I Karahan, I Pirincci, B Tasdemir. 2005. The Effects of Vitamin E and Selenium on Cypermethrin Induced Oxidative Stress in Rats. Turkey Journal Veteriner Animal Science Vol.29 : 385-391.
2. Jawi IM, DN Suprapta, IWP Sutirtayasa. 2007. Efek Antioksidan Ekstrak Umbi Jalar Ungu Terhadap Hati Setelah Aktivitas Fisik Maksimal Dengan Melihat Kadar ALT dan AST Pada Darah Mencit. Dexa Media No. 3 Vol.20 (103-106).
3. Meyes PA, DK Granner, VW Rodwell & DW Martin. 1991 . Biokimia. Alih Bahasa Iyan Darmawan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Sadikin M. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta : Penerbit Widya Medika Jakarta.
5. Wibowo AW, L Maslachah & R. Bijanti. 2008. Pengaruh Pemberian Perasan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap Kadar SGOT dan SGPT Tikus Putih(Rattus norvegicus) Diet Tinggi Lemak .Jurnal Veterineria Medika Universitas Airlangga Vol. 1: 1- 5.
6. Mansjoer A, et al. Angina ludwig. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi3. Jakarta:Media Aesculapius; 2000.p.124-5
7. Bailey BJ. Odontogenic infection. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 2nd ed. Philadelphia:Lippincott-Raven; 1998.p.673-5
HUBUNGAN ANTARA INFEKSI ODONTOGEN DENGAN KENAIKAN KADAR SGOT DAN SGPT
Infeksi Odontogen
Infeksi odontogen adalah infeksi yang berasal dari gigi. Penyebabnya adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut, yaitu bakteri dalam plak, dalam sulkus ginggiva, dan mukosa mulut. Yang ditemukan terutama bakteri kokus aerob gram positif, kokus anaerob gram positif dan batang anaerob gram negative. Bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan karies, gingivitis, dan periodontitis. Jika mencapai jaringan yang lebih yang lebih dalam melalui nekrosis pulpa dan pocket periodontal dalam, maka akan terjadi infeksi odontogen. Yang penting adalah infeksi ini disebabkan oleh bermacam-macam bakteri, baik aerob maupun anaerob.
Infeksi odontogen dapat menyebar secara perkontinuitatum, hematogen dan limfogen, yang disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang berasal dari gigi gangren, dan periodontitis marginalis.
Penjalaran infeksi odontogen yang menyebabkan abses dibagi dua yaitu penjalaran tidak berat (yang memberikan prognosa baik) dan penjalaran berat (yang memberikan prognosa tidak baik, di sini terjadi penjalaran hebat yang apabila tidak cepat ditolong akan menyebabkan kematian). Adapun yang termasuk penjalaran tidak berat adalah serous periostitis, abses sub periosteal, abses sub mukosa, abses sub gingiva, dan abses sub palatal. Sedangkan yang termasuk penjalaran yang berat antara lain abses perimandibular, osteomielitis, dan phlegmon dasar mulut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penyebaran dan kegawatan infeksi odontogenik adalah :
1. Jenis dan virulensi kuman penyebab.
2. Daya tahan tubuh penderita.
3. Jenis dan posisi gigi sumber infeksi.
4. Panjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan otot-otot.
5. Adanya tissue space dan potential space.
Berdasarkan tipe infeksinya, infeksi odontogen bisa dibagi menjadi :
1. Infeksi odontogen lokal / terlokalisir, misalnya: Abses periodontal akut; peri implantitis.
2. Infeksi odontogen luas/ menyebar, misalnya: early cellulitis, deep-space infection.
3. Life-Threatening, misalnya: Facilitis dan Ludwig's angina.
Infeksi odontogen adalah infeksi yang berasal dari gigi. Penyebabnya adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut, yaitu bakteri dalam plak, dalam sulkus ginggiva, dan mukosa mulut. Yang ditemukan terutama bakteri kokus aerob gram positif, kokus anaerob gram positif dan batang anaerob gram negative. Bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan karies, gingivitis, dan periodontitis. Jika mencapai jaringan yang lebih yang lebih dalam melalui nekrosis pulpa dan pocket periodontal dalam, maka akan terjadi infeksi odontogen. Yang penting adalah infeksi ini disebabkan oleh bermacam-macam bakteri, baik aerob maupun anaerob.
Infeksi odontogen dapat menyebar secara perkontinuitatum, hematogen dan limfogen, yang disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang berasal dari gigi gangren, dan periodontitis marginalis.
Penjalaran infeksi odontogen yang menyebabkan abses dibagi dua yaitu penjalaran tidak berat (yang memberikan prognosa baik) dan penjalaran berat (yang memberikan prognosa tidak baik, di sini terjadi penjalaran hebat yang apabila tidak cepat ditolong akan menyebabkan kematian). Adapun yang termasuk penjalaran tidak berat adalah serous periostitis, abses sub periosteal, abses sub mukosa, abses sub gingiva, dan abses sub palatal. Sedangkan yang termasuk penjalaran yang berat antara lain abses perimandibular, osteomielitis, dan phlegmon dasar mulut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penyebaran dan kegawatan infeksi odontogenik adalah :
1. Jenis dan virulensi kuman penyebab.
2. Daya tahan tubuh penderita.
3. Jenis dan posisi gigi sumber infeksi.
4. Panjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan otot-otot.
5. Adanya tissue space dan potential space.
Berdasarkan tipe infeksinya, infeksi odontogen bisa dibagi menjadi :
1. Infeksi odontogen lokal / terlokalisir, misalnya: Abses periodontal akut; peri implantitis.
2. Infeksi odontogen luas/ menyebar, misalnya: early cellulitis, deep-space infection.
3. Life-Threatening, misalnya: Facilitis dan Ludwig's angina.
Langganan:
Postingan (Atom)